Biografi
Tugas Berat Menantimu Mas Nadiem
Ketika kali pertama sosoknya tampil memenuhi undangan Presiden RI Ir. Joko Widodo sebelum pengumuman susunan kabinet Indonesia Maju di istana negara, sorot kamera dan mata tertuju pada salah satu nama yang sudah digadang-gadang akan masuk menjadi salah satu menteri. Itulah Nadiem Makarim. Keberhasilanya dalam menyiapkan dan menyediakan layanan transpotasi darat berbasis aplikasi digital sangat dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, baik di kota-kota besar maupun kecil. Maka ekspektasi kamipun mengarah kepada kementerian yang menangani teknologi dan komunikasi atau yang sejajar denganya. Karena usianya yang relatif masih muda maka kami menyebutnya dengan panggilan Mas Nadiem.
Hampir kami semua terkejut ketika Pak Jokowi mengumumkan nama Mas Nadiem menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Karena secara backgorund Mas Nadiem belum punya segudang pengalaman yang mumpuni untuk menangani permasalahan pendidikan di tanah air. Maka penasaran dan kegamangan sebagian dari kami sudah Mas Nadiem sampaikan ketika menjadi pembina upacara saat peringatan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2019 yang lalu di Jakarta. Pak Jokowi dengan pola berfikir yang out of the box tentu memiliki pertimbangan yang matang dalam menentukan pilihannya. Pola berfikir yang sama juga diharapkan dari sosok Mas Nadiem dalam menangani permasalahan dunia pendidikan di tanah air dengan tidak melupakan unsur kolaborasi dengan steakholder yang ada.
Sebagai abdi negara yang berkecimpung di dunia pendidikan selama kurun waktu 20 tahun mendidik, melatih, dan mengajar tunas-tunas bangsa, kami masih merasakan masih adanya beberapa masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Masalah-masalah itu antara lain :
1. Pembenahan Kurikulum di tingkat dasar (SD) sampai menengah atas (SMA).
2. Pemerataan kualitas pendidikan
3. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai
4. Penguatan pendidikan karakter
5. Gerakan literasi sekolah yang perlu ditingkatkan supaya tidak tertinggal dengan negara-negara lain (minat baca dan tulis yang rendah).
6. Masih lemahnya penguasaan teknologi informasi dan komunikasi guru sehingga berujung pada rendahnya tingkat kemampuan dalam mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mungkin dengan lompatan yang tinggi dan kompetensi yang dimiliki oleh Mas Nadiem semuanya dapat teratasi dengan baik. Walaupun jabatan menteri adalah jabatan politik tapi kalau nawaitunya lurus maka akan berbuah kebaikan dan kemajuan bersama. Selamat bertugas Mas Nadiem semoga ekpetasi kami dan masyarakat Indonesia pada umumnya dapat terwujud dalam program-program nyata yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke. Semoga